Direktur Sido Muncul Dr (HC) Irwan Hidayat bersama 100 orang dari komunitas angkringan dan penjual jamu melihat langsung proses produksi jamu dan farmasi di Pabrik Sido Muncul di kawasan Ungaran, Semarang dalam rangka Hari Jamu Nasional

 

SEMARANG – PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk mengundang 100 orang dari komunitas angkringan dan penjual jamu ke Pabrik Sido Muncul di kawasan Ungaran Semarang, pada Selasa, 3 Juni 2025.

Para komunitas angkringan dan penjual jamu diundang khusus oleh Direktur Sido Muncul Dr (HC) Irwan Hidayat dalam rangka acara Peringatan Hari Jamu Nasional yang mengangkat tema “Jamu Masa Depan”.

Para usaha angkringan dan penjual jamu yang berasal dari Semarang dan Jogja diajak berkeliling pabrik Sido Muncul untuk melihat proses produksi produk-produk Sido Muncul yang telah menggunakan teknologi modern serta terstandarisasi nasional dan internasional. 

Setelah berkeliling melihat proses produksi, Irwan mengajak para tamunya untuk minum jamu bersama di kawasan Agrowisata Sido Muncul bersama Kepala Balai Besar POM Semarang Lintang Purba Jaya S.Farm, Apt., M.Si, Direktur Eksekutif GP Jamu Jawa Tengah Stefanus Handoyo Saputro. 

Setelah minum jamu bersama, para komunitas angkringan dan penjual jamu ini akan diberikan penyuluhan dan edukasi mengenai cara memproduksi jamu yang aman dan bebas dari bahan kimia dari Kepala Balai Besar POM Semarang.

“Peringatan Hari Jamu Nasional menjadi penanda bahwa budaya minum jamu telah menjadi gaya hidup sehat karena masyarakat telah membuktikan khasiat dan manfaatnya bagi kesehatan. Budaya ini akan menjadi tradisi yang akan kami terus lestarikan. Terlebih lagi Unesco telah resmi memasukkan Budaya Sehat Jamu (Jamu Wellness Culture) sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) pada akhir tahun 2023,” ujar Irwan.

Irwan menyatakan jamu telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Tradisi minum jamu di Nusantara diyakini telah ada sejak abad ke-8. 

Hal ini dibuktikan dengan relief di Candi Borobudur dan beberapa manuskrip kuno seperti Kakawin Ramayana dan Serat Chentini.

Sulung dari 5 bersaudara generasi kedua Sido Muncul (Irwan Hidayat, J Sofjan Hidajat, Johan Hidayat, Sandra Hidayat, David Hidayat) ini tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang telah menetapkan hari kebangkitan jamu di Indonesia pada tanggal 27 Mei 2008. 

Irwan menegaskan para penjual dan penikmat jamu merupakan sosok penting karena telah menjadi ujung tombak dalam memperkenalkan jamu hingga sampai sekarang serta terus mempopulerkan jamu ke berbagai kalangan, termasuk Gen Z. 

Doktor Honoris Causa dari Unnes Semarang ini mengajak generasi muda pecinta jamu untuk ikut melestarikan tradisi minum jamu dan mengangkat kembali eksistensi jamu di Indonesia.

Sido Muncul sebagai industri jamu modern, ingin tetap memelihara tradisi namun juga tetap berinovasi dengan menyediakan produk-produk jamu yang berkualitas dengan teknologi modern, sehingga dapat mengikuti zaman dan dapat dinikmati setiap generasi.

“Kami mengajak para komunitas angkringan dan penjual jamu untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memperkenalkan jamu kepada masyarakat termasuk para generasi muda. Seperti halnya, Sido Muncul yang berkomitmen untuk terus mengembangkan jamu yang dikemas dalam bentuk modern agar lebih praktis untuk dikonsumsi, sehingga dapat menarik minat generasi muda untuk ikut melestarikan tradisi minum jamu, serta menjadi alternatif bagi masyarakat yang kurang menyukai aroma jamu yang terkesan pahit,” jelas Irwan.

Dia menyebut Sido Muncul terus berinovasi dalam memperluas jangkauan produknya dengan mendekatkan diri kepada masyarakat. Salah satunya melalui kolaborasi dengan komunitas angkringan. 

“Upaya ini dilakukan untuk menghadirkan jamu sebagai menu andalan yang mudah dijangkau dan dinikmati oleh masyarakat luas dalam suasana santai dan akrab khas angkringan. Melalui kemitraan ini, Sido Muncul berharap dapat memperkuat citra jamu sebagai minuman sehat yang relevan dengan gaya hidup masa kini sekaligus melestarikan warisan budaya Indonesia,” terang Irwan.

Sido Muncul saat ini telah memiliki varian produk dalam bentuk soft capsule yakni Sido Muncul Natural yang dikemas secara modern. 

Sebelumnya produk ini diproduksi dalam bentuk serbuk. Kemudian dikemas dalam bentuk sachet (cair) kemudian dikembangkan kembali dalam bentuk soft capsule. Ada juga varian jamu siap minum (ready to drink) yang dikemas dalam botol seperti jamu lifestyle.

Pada kesempatan yang sama Kepala Balai Besar POM Semarang Lintang Purba Jaya S.Farm, Apt., M.Si memberikan respon positif kemeriahan peringatan hari jamu nasional ini oleh stakeholder pencinta herbal. 

Dia menegaskan pemerintah terus berkomitmen untuk ikut melestarikan budaya minum jamu.

“Kami selaku wakil pemerintah, khususnya dari Badan POM, mengapresiasi adanya budaya minum jamu ini. Kita sangat mendukung supaya jamu terus lestari dan keamanan mutunya terus terjamin sepanjang masa,” ujar Lintang.

Sedangkan Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Jawa Tengah Stefanus Handoyo menyebutkan peringatan Hari Jamu Nasional penting untuk terus digelar demi melestarikan budaya minum jamu di Indonesia terutama untuk generasi muda.

“Hari jamu yang ke-17 sudah kita rayakan. Ini menjadi momentum yang penting karena jamu sebagai warisan dunia adalah warisan asli Indonesia. Jamu juga sudah banyak bertransformasi baik secara penyajian dan pengelolaannya, kalau dulu digendong sekarang sudah naik motor dan penyajiannya lebih modern dan kekinian,” jelas Stefanus.

Pihaknya sendiri juga melakukan berbagai cara untuk mempopulerkan budaya minum jamu kepada generasi muda lewat sejumlah program seperti Jamu Goes to Campus dan Goes to School. Selain itu, saat ini film tentang jamu juga sedang dibuat.

“Kami sedang memprogramkan film jelajah jamu nusantara. Jadi seperti jelajah kopi nusantara sekarang filmnya sedang dibuat. Dalam rangka peringatan jamu ini, GP jamu mengucapkan selamat dan ayo minum jamu,” ujar Stefanus.

Program ini turut disambut antusias oleh para penjual jamu yang turut hadir di acara tersebut. Salah satunya penjual jamu asal Semarang, Karsiyem yang telah berjualan jamu selama 17 tahun.

“Saya dulu keliling jalan kaki digendong, tapi sekarang naik motor. Ada banyak jamu yang saya jual seperti pegal linu, beras kencur, kunir asam, kuku bima,” beber Karsiyem.

Penghasilannya sebagai tukang jamu selama belasan tahun, Alhamdulillah dapat menyekolahkan dua orang anaknya. 

Karsiyem mengaku senang bisa ikut merayakan hari jamu di pabrik Sido Muncul bersama rekan-rekan seprofesi. 

“Alhamdulillah senang, lumayan, kalau dagang paling sepi itu dapat Rp100 Ribu sehari. Alhamdulillah anak-anak sudah mentas (lulus) sudah mandiri semua,” pungkasnya.