Keterangan foto (kiri-kanan): Arif Mujahidin, Direktur Corporate Communication Danone Indonesia; dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK – Pakar Gizi Klinik dan Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., Medical & Scientific Affairs Director Sarihusada (foto Sarihusada)

indopostrust.id – Jakarta – Memperingati Hari Gizi Nasional 2024, Sarihusada menggelar diskusi bertema “Pentingnya Cek Nutrisi untuk Dukung dan Tumbuh Kembang Maksimal Anak”, Kamis (25/01/2024) di Jakarta. Acara tersebut dihadiri oleh para bunda dan awak media.

Edukasi tersebut diharapkan bisa meningkatkan literasi gizi kepada masyarakat. Serta dapat mengatasi dua masalah penting yang dihadapi gizi anak kita, yaitu anemia dan stunting.

Arif Mujahidin, Direktur Corporate Communication Danone Indonesia mengatakan pada 25 Januari adalah peringatan Hari Gizi Nasional. Bicara urusan gizi, Arif menjelaskan dari dulu Founding Fathers kita sudah peduli. 

“Jadi pada tahun 1945 kita Proklamasi Kemerdekaan. Setelah proklamasi apakah kita hidup tenang? Tidak, kita masih perang karena ada agresi militer Belanda. Dan baru agak tenang tahun 1949, setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) dan Indonesia menjadi anggota PBB. Nah dua tahun setelah KMB itu, didirikanlah oleh pemerintah Indonesia yang namanya Lembaga Makanan Rakyat (LMR), sama Prof. Dr. Purwo Sudarmo, Bapak gizi di Indonesia. Itu setelah enam tahun merdeka gizi diurusin,” jelas Arif dalam sambutannya saat membuka diskusi Pentingnya Cek Nutrisi untuk Dukung dan Tumbuh Kembang Maksimal Anak, Kamis (25/01/2024)

“Padahal jaman itu tahu sendiri, peperangan pasti membawa bencana kelaparan, bencana gizi buruk. Dimanapun, Eropa juga lagi mengalami bencana pangan, di Indonesia juga,” imbuhnya.

Lebih lanjut Arif mengatakan, Indonesia setelah 6 tahun merdeka berdirilah Lembaga Makanan Rakyat (LMR). 

“Tiga tahun setelah LMR ini Sarihusada berdiri, yang pada tahun ini 70 tahun, tahun 1954 di Yogyakarta, di Muja Muju Jalan Kusumanegara,” ujar Arif.

“Sarihusada merupakan kerjasama antara pemerintah Indonesia, di Yogyakarta waktu itu Sultan Hamengku Buwono IX, Presiden Soekarno, dan dengan PBB. Itu historinya. Jadi kalau misalnya Sarihusada hari ini membahas masalah makanan tentu saja itu sangat relevan gizi. Apalagi tahun ini temanya adalah protein hewani untuk mencegah stunting. Tahun ini pemerintah target stunting jadi 14 persen. Mudah-mudahan tercapai karena target WHO harus dibawah 20 persen,” imbuh Arif.

Kemudian jelas Arif, protein hewani di Indonesia tetap menjadi isu utama. Bahkan bisa juga isu soal hidden hunger, kondisi di mana seseorang mengalami kekurangan dari mikronutrien. Baik vitamin maupun mineral. Salah satunya zat besi.

“Di Indonesia untuk hidden hunger pada 2020 posisinya 70 dari 107 negara. Jadi masih harus diatasi. Itulah kenapa tadi bilang jangan bosan ngomongin gizi. Karena setiap tahun ada kelahiran. Karena setiap tahun akan ada orang tua baru, remaja baru. Edukasi seperti ini bisa meningkatkan literasi gizi yang harus diulang ulang. Jangan bosan,” ujar Arif.

Sementara itu, dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK – Pakar Gizi Klinik menegaskan pentingnya nutrisi tepat untuk tumbuh kembang anak. 

“Bicara tentang masalah nutrisi pada anak, berdasarkan data bahwa memang kalau kita bicara tentang anemia kurang darah, 1 dari 3 anak umur 0 sampai 9 tahun memang masih mengalami anemia. Penyebabnya ada bermacam-macam. Tetapi yang paling sering umumnya disebabkan karena kekurangan zat besi,” jelas dr. Juwalita.

“Kalau kita lihat masalah ini kalau kita tidak putus itu akan terus berada di dalam siklus hidup seseorang. Ketika anemia defisiensi besi terjadi pada sebelum hamil, ini bisa menjadi salah satu faktor resiko anaknya terlahir kecil. Yang menjadi faktor risiko stunting. Anak remaja kalau dia anemia, kognitifnya terganggu, produktivitasnya menurun,” imbuhnya.

Keterangan foto: dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK – Pakar Gizi Klinik (tengah) dan Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., Medical & Scientific Affairs Director Sarihusada (kanan). foto Sarihusada

dr. Juwalita dalam diskusi tersebut menyimpulkan, anemia merupakan salah satu permasalahan gizi anak di Indonesia. Dengan penyebab tersering adalah kekurangan zat besi.

“Zat besi sangat berperan dalam pertumbuhan fisik dan kognitif, serta sistem imun si kecil. Oleh sebab itu anemia bisa menjadi salah satu faktor risiko stunting yang sebenarnya dapat diatasi untuk memutus rantai stunting dalam daur kehidupan,” jelasnya.

Tumpeng gizi seimbang kata dr. Juwalita, menjadi rekomendasi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dengan mengonsumsi makanan yang beragam. 

Pemenuhan kebutuhan zat besi perlu memperhatikan angka kebutuhan harian, bahan makanan sumber zat besi heme maupun non-heme dan memahami faktor inhibitor dan enhancer agar penyerapan optimal. 

“Susu sebagai salah satu pilihan protein hewani mengandung asam amino esensial yang lengkap serta mengandung mineral kalsium untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun, cermati bahwa tidak semua susu sama. Susu pertumbuhan memiliki komposisi nutrisi (makro dan mikronutrien) yang lengkap sesuai kebutuhan anak, difortifikasi dengan vitamin dan mineral termasuk zat besi, omega-3 dan 6 serta DHA,” ujar dr. Juwalita.

Sementara itu, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., Medical & Scientific Affairs Director Sarihusada mengatakan Sarihusada sudah 70 tahun hidup dan tumbuh bersama keluarga di Indonesia.

“Dan komitmen apapun yang akan kami sampaikan kepada bangsa Indonesia, adalah komitmen yang sudah kami buktikan selama 70 tahun terakhir ini. Yaitu kami ingin memastikan supaya bangsa ini setiap keluarga di Indonesia mendapatkan asupan nutrisi terbaik. Gizi terbaik untuk memastikan tumbuh kembang dan kebaikan dari generasi kedepan di Indonesia,” ujarnya.

“Karena Sarihusada keahlian kami di teknologi pangan, komitmen kami yang sudah kami lakukan sejak 70 tahun yang lalu adalah memastikan supaya inovasi produk kami dapat menjawab tantangan untuk memperbaiki status gizi Indonesia. Terutama anak anak Indonesia,” imbuh dr. Ray.

Dengan komitmen membawa kesehatan melalui inovasi produk nutrisi ke sebanyak mungkin masyarakat Indonesia, Sarihusada terus menghadirkan beragam inovasi produk bernutrisi tepat yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. 

Selain itu, Sarihusada juga secara konsisten mengedukasi masyarakat untuk dukung kebutuhan gizi seimbang anak-anak Indonesia agar terhindar dari kekurangan zat besi. 

“Salah satu inovasi produk untuk menjawab permasalahan kekurangan zat besi yang masih dihadapi anak Indonesia berusia di bawah 5 tahun di Indonesia adalah menghadirkan SGM Eksplor, satu-satunya produk yang mengandung IronC™ – kombinasi unik Zat Besi & Vitamin C, yang teruji bantu penyerapan Zat Besi hingga dua kali lipat. Serta dilengkapi dengan nutrisi penting lainnya seperti DHA, Minyak Ikan Tuna, Omega 3&6, untuk dukung si kecil tumbuh maksimal,” jelasnya.

“Penelitian terbaru kami pun menyebutkan bahwa anak yang secara rutin mengonsumsi SGM Eksplor 1+ memiliki asupan zat besi harian yang dibutuhkan sesuai angka kecukupan gizi (AKG),” imbuh dr. Ray.

Lebih lanjut dr. Ray menjelaskan, dalam momentum Hari Gizi Nasional, pihaknya berharap bisa lebih banyak lagi masyarakat yang teredukasi tentang pola makan dengan gizi seimbang. Dalam upaya mencegah anemia dan stunting agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dengan maksimal untuk jadi anak generasi maju. 

Selain itu, dalam memastikan pemenuhan nutrisi anak, pihaknya jelas dr. Ray, juga ingin mengajak para Bunda untuk lebih cermat dalam memastikan kandungan nutrisi susu pertumbuhan yang dikonsumsi Si Kecil dengan lebih teliti dalam mengecek label pada kemasan susu, karena tidak semua susu itu sama. 

“Pilih yang memiliki kombinasi unik Zat Besi dan Vitamin C yang dapat mendukung penyerapan Zat Besi hingga 2X lipat untuk mencegah anemia pada anak karena isinya lebih penting,” pungkasnya. (dai)