Direktur Sido Muncul, Dr. (HC) Irwan Hidayat mendukung 100 persen titah Pemerintah menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan komitmen akan menambah kapasitas PLTS Atap 1 Mega Watt di Pabrik Sido Muncul (foto ist)
JAKARTA – PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk menjadi contoh pelaku industri yang terus berkomitmen dalam memanfaatkan energi hijau di tengah perubahan regulasi dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 26 Tahun 2021 menjadi Permen ESDM Nomor 2 Tahun 2024.
Sido Muncul tercatat sebagai salah satu perusahaan yang konsisten mengimplementasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap on-grid
Direktur Sido Muncul, Dr. (H.C.) Irwan Hidayat, menegaskan bahwa pihaknya 100 persen mendukung setiap kebijakan pemerintah karena tujuannya adalah memberikan kemanfaatan masyarakat.
Sido Muncul, kata Irwan, sangat mendukung kebijakan Presiden Prabowo Subianto dan Kementerian ESDM untuk mempercepat transisi energi bersih dan berkelanjutan.
Transisi energi berkelanjutan merupakan perubahan transformatif dalam cara energi diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi, yang bertujuan untuk beralih dari bahan bakar fosil menuju sistem yang berpusat pada sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, tenaga air, dan panas bumi.
“Bagi kami (Sido Muncul), aturan baru dari Kementerian ESDM terkait PLTS atap sama sekali tidak merugikan. Kami percaya, setiap arah kebijakan pemerintah pasti ada alasan di baliknya. Jadi, kami 100 persen bahkan 1000 persen setuju dengan apa yang selalu dilakukan pemerintah,” tegas Irwan Hidayat.
Sulung dari 5 bersaudara generasi kedua Sido Muncul yakni Irwan Hidayat, J Sofjan Hidajat, Johan Hidayat, Sandra Hidayat, dan David Hidayat ini membeberkan transisi energi bersih sudah menjadi strategi operasional yang dilakukan Sido Muncul secara konsisten dalam tiga tahun terakhir ini.
Hal ini tampak dari peningkatan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) perusahaan yang melonjak dari 69 persen di tahun 2022, menjadi 89 persen pada tahun 2023, dan meningkat lagi menjadi 91 persen pada 2024.
Irwan menunjukkan laporan dari stafnya yang mengawal pengelolaan energi di Sido Muncul selama ini bahwa berdasarkan grafik, maka bauran energi yang dikonsumsi perusahaan terdiri dari biomassa, PLTS atap, gas bumi, listrik PLN, dan solar.
Biomassa menjadi penyumbang utama dalam struktur energi Sido Muncul, yang mana mencapai 60 hingga 61 persen.
“Prioritas kami adalah zero waste, sehingga kami tidak pernah membuang limbah, justru kami olah lagi jadi bahan bakar. Jadi, biomassa yang kami hasilkan seluruhnya berasal dari ampas jamu,” ungkap Irwan.
Selain biomassa, Sido Muncul juga secara bertahap meningkatkan pemanfaatan tenaga surya, serta menggunakan listrik hijau dengan skema Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN, yang mana listrik tersebut berasal dari pembangkit energi terbarukan.
“Langkah ini merupakan bentuk dukungan kami terhadap kebijakan pemerintah dalam mempercepat transisi energi nasional. Karena itu, listrik yang kami gunakan dari PLN, juga harus listrik hijau,” tegas Irwan.
Keseluruhan langkah tersebut membuat Sido Muncul berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 91 persen pada 2024 dibandingkan tahun 2021, jauh di atas target awal perusahaan yang hanya 14 persen.
Dengan capaian itu, Irwan mengatakan, kebijakan yang ditetapkan Pemerintah memberi banyak pengaruh bagi keberlangsungan industri.
Sementara itu, pada bagian lain Irwan menyebutkan bahwa energi bersih yang dikembangkan mendasarkan pada pemikiran filsuf Tiongkok kuno Lao Tzu.
“Alam tidak pernah terburu-buru, namun segala sesuatu terselesaikan. Karena itu, kami di Sido Muncul memilih menyesuaikan diri dengan alam, bukan menaklukkannya. Setiap langkah menuju 100 persen energi terbarukan adalah cara kami menjaga keseimbangan alam untuk generasi mendatang,” ujarnya.
Irwan menegaskan strategi efisiensi energi perusahaan tidak akan berubah di tengah dinamika regulasi PLTS atap.
Sebagai wujud komitmen berkelanjutan, Sido Muncul berencana akan menambah kapasitas PLTS atap di fasilitas produksinya sekitar 1 megawatt (MW), menyesuaikan kebutuhan listrik perusahaan.
Meluruskan Tafsir yang Berbeda
Penjelasan Bos Sido Muncul ini juga menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah mengkritik kebijakan yang diambil pemerintah dalam hal penataan ulang regulasi dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 26 Tahun 2021 menjadi Permen ESDM Nomor 2 Tahun 2024.

Berdasarkan grafik, maka bauran energi yang dikonsumsi Sido Muncul terdiri dari biomassa, PLTS atap, gas bumi, listrik PLN, dan solar, dengan biomassa menjadi penyumbang utama dalam struktur energi perusahaan, yang mana mencapai 60 hingga 61 persen (foto ist)
Justru sebaliknya, kata dia, Sido Muncul mengapresiasi penghapusan pembatasan prosentase pemanfaatan PLTS atap pada aturan tersebut yang sebelumnya dibatasi maksimal 15 persen pemanfaatan listrik energi baru terbarukan (EBT).
“Kami tidak pernah dan tidak mungkin mengkritik. Pokoknya kalau listrik mahal, ya kita terima. Ada kebijakan baru terkait insentif PLTS, tidak apa-apa. Saya tetap mendukung kebijakan apa saja yang ditetapkan pemerintah,” ujarnya.
Penegasan Irwan juga sekaligus meluruskan pernyataan Manajer Energi Sido Muncul, Iwan Setyo Nugroho saat diundang forum Institute for Essential Service Reform (IESR) mengenai potensi pengurangan insentif PLTS Atap yang dapat berisiko mengurangi minat investasi industri pada EBT.
Dia menilai hal ini sebagai konsekuensi logis bukan diartikan sebagai bentuk kritik.
“Dia ngomong kalau (pemerintah) mengurangi insentif pada kebijakan baru justru berpotensi mengurangi insentif industri untuk berinvestasi pada energi terbarukan. Jadi ini bukan mengkritik tapi menjelaskan (secara logis kondisi di lapangan),” jelas Irwan.
Irwan meyakini bahwa pemerintah pasti memiliki alasan kuat dan pertimbangan menyeluruh dalam menetapkan setiap kebijakan. Oleh karena itu, Sido Muncul menerima dan mematuhi aturan yang berlaku.
Hal ini juga dibuktikan Sido Muncul dengan menggunakan listrik yang dikategorikan sebagai ‘listrik hijau’, meskipun tarifnya lebih mahal dibandingkan jenis listrik konvensional.
“Kami menggunakan listrik yang lebih mahal, meskipun listrik murah, kami pakai listrik yang mahal. Contohnya 2022 kami pakai yang biru kemudian beralih pakai yang hijau,” pungkasnya.
