Foto ist 

 

JAKARTA – Di tengah tantangan ekonomi yang penuh dinamika, industri perbankan dituntut untuk mengambil peran sebagai mitra bagi masyarakat untuk memberikan dukungan, serta nilai tambah di masa depan.

Sebagai bank yang berkomitmen terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), PT Bank Sahabat Sampoerna (“Bank Sampoerna”) terus memperkuat porsi penyaluran kredit terhadap sektor tersebut. 

Hingga akhir kuartal III 2025, total penyaluran kredit Bank Sampoerna tercatat sejumlah Rp11,5 triliun. 

Dari total tersebut, mayoritas kredit atau sebanyak 64,53% disalurkan kepada pelaku UMKM.

Direktur Finance & Business Planning Bank Sampoerna, Henky Suryaputra, mengatakan bahwa tantangan dan persaingan pasar yang ketat sepanjang tahun ini menyebabkan penyaluran kredit ke UMKM tidaklah mudah. 

Namun, pihaknya juga menyadari pelaku UMKM memiliki kemauan yang kuat untuk terus bangkit dan tumbuh. Karena itu, kemudahan akses terhadap pembiayaan menjadi faktor kunci bagi keberlangsungan pelaku UMKM.

“Kami terus melakukan tinjauan berkala terhadap kemampuan pelaku UMKM dalam menyerap penyaluran kredit dan dengan tantangan yang tidak mudah, kami tetap berkomitmen untuk membantu pelaku UMKM bertumbuh. Ini adalah sektor usaha yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia dan eksistensi bisnis mereka sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional,” jelasnya, Senin (10/11/2025).

Selain tantangan di sisi kredit, faktor kunci dukungan terhadap pelaku UMKM lainnya adalah menjaga arus kas yang sehat. 

Berbekal sinergi dan penerapan digitalisasi di berbagai layanan, Bank Sampoerna berkomitmen untuk memperkuat arus kas sekaligus mendorong keberlanjutan usaha para pelaku UMKM.

Dari sisi pendanaan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Sampoerna tercatat sebesar Rp13 triliun. Hal tersebut didominasi oleh dana deposito dari nasabah yang mencapai Rp10,5 triliun. 

Akumulasi DPK tersebut juga dipengaruhi oleh komposisi CASA di akhir kuartal III-2025 yang sebesar 19,2% atau meningkat 4,8% secara tahunan atau year-on-year (YoY).

Henky menegaskan, penyaluran kredit dan penghimpunan DPK yang seimbang turut menjaga rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Hingga akhir September 2025, LDR korporasi mencapai 88,30% atau meningkat sebesar 3,8% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 84,5%. Hal ini mencerminkan kondisi likuiditas bank yang sehat.

Sementara itu, margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) juga terjaga di level 4,4%, mencerminkan kemampuan Bank dalam mengelola kredit dan DPK secara optimal di tengah kondisi pasar yang kompetitif, serta kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. 

Dengan faktor-faktor tersebut, Bank Sampoerna berhasil membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp10,7 miliar.

Sebagai wujud komitmen berkelanjutan untuk memberikan nilai tambah bagi nasabah, Bank Sampoerna juga terus menerapkan prinsip kehati-hatian guna memastikan kualitas kredit tetap terjaga dengan baik. 

Hingga akhir September 2025, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross tercatat sebesar 4,12% dan NPL net sebesar 2,45%.

CEO Bank Sampoerna, Ali Yong, menegaskan bahwa dukungan menyeluruh terhadap UMKM tercermin melalui peningkatan jumlah mitra strategis yang bersama-sama berkolaborasi untuk mengakselerasi digitalisasi UMKM.

“Pertumbuhan yang ada difokuskan pada kolaborasi yang erat antara Bank Sampoerna bersama dengan lebih dari 50 perusahaan fintech, perusahaan multi finance, koperasi, dan institusi keuangan lainnya. Kemitraan ini menjadi bukti nyata keberpihakan bank kepada UMKM,” ujar Ali.

Bentuk kolaborasi tersebut diwujudkan melalui penyediaan layanan Bank as a Service (BaaS) yang telah memberikan hasil positif, dengan perluasan jangkauan layanan perbankan hingga ke pelosok negeri. 

Hasilnya tercermin dari peningkatan penggunaan layanan virtual account, pembayaran melalui QRIS, dan transfer dana melalui mitra (host-to-host fund transfer) yang pada periode sembilan bulan hingga September 2025 mencapai 331 juta transaksi senilai total Rp102 triliun. 

Jumlah transaksi ini meningkat 16 kali lipat dibandingkan dengan jumlah transaksi pada periode yang sama di tahun 2024.

“UMKM merupakan bagian integral dari bisnis kami. Melalui berbagai inisiatif yang kami jalankan, kami berharap dapat terus memberikan nilai tambah bagi nasabah, serta menciptakan dampak positif bagi sektor UMKM sebagai pilar ketahanan ekonomi nasional,” jelas Ali.