Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo (keempat dari kiri), didampingi Direktur Legal dan Manajemen Human Capital PLN, Yusuf Didi Setiarto (ketiga dari kiri), dan General Manager PLN UIT Jawa Bagian Timur, Handy Wihartady (kiri) saat memberikan arahan langsung kepada petugas siaga di GITET 500 kV Pedan, Klaten, Jawa Tengah. Secara nasional, 69 ribu personel disiagakan untuk menjaga keandalan pasokan listrik selama periode Nataru 2025/2026, seiring cuaca ekstrem yang terjadi pada periode ini. (foto ist)

 

KLATEN – PT PLN (Persero) menyiagakan 69.000 personel di seluruh Indonesia selama periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru) guna menjaga keandalan pasokan listrik.

Langkah ini diperkuat dengan pemanfaatan sistem digital terintegrasi untuk memantau dan mengantisipasi potensi cuaca ekstrem di berbagai wilayah sepanjang periode Nataru.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo memimpin langsung Commander Call secara daring bersama seluruh unit PLN se-Indonesia, subholding, dan anak perusahaan di Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 500 kilovolt (kV) Pedan, Klaten, Jawa Tengah, pada Kamis (25/12). 

“Hari ini kami melaksanakan apel siaga kelistrikan nasional, dan salah satu titik yang kami tinjau langsung adalah GITET 500 kV Pedan. Lokasi ini sangat strategis karena menjadi penghubung sistem kelistrikan Jawa–Madura–Bali,” ujar Darmawan.

Ia menegaskan bahwa seluruh personel PLN bersiaga 24 jam non stop memberikan perhatian penuh terhadap suplai listrik di tengah kondisi cuaca ekstrem, terutama saat periode Nataru. 

Langkah ini sejalan dengan arahan Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar layanan kelistrikan tetap optimal di berbagai wilayah Indonesia.

Para personel yang bersiaga juga dilengkapi dengan 1.917 unit genset, 737 unit Uninterruptible Power Supply (UPS), 1.338 Unit Gardu Bergerak (UGB), 434 unit truk crane, 4.720 unit mobil operasional, serta 4.412 unit sepeda motor operasional.

“Seluruh unit PLN telah melaporkan bahwa semua lokasi prioritas terjaga dengan optimal tanpa adanya gangguan kelistrikan, sehingga aktivitas ibadah, layanan publik, dan mobilitas masyarakat selama periode Nataru dapat berlangsung aman dan lancar,” kata Darmawan.

Dalam menghadapi dinamika cuaca pada periode Nataru, PLN juga memperkuat koordinasi rutin dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca dimanfaatkan sebagai referensi operasional dan terintegrasi ke pusat pengendalian sistem untuk mendukung pengambilan keputusan secara cepat dan terukur.

“Kami terus memonitor, saat ini memang ada beberapa tempat mengalami hujan lebat dan kami mengantisipasi semuanya. Jadi kami tidak lagi bersikap reaktif, tetapi kami telah menyiapkan langkah-langkah preventif untuk mitigasi risiko perubahan cuaca,” ujarnya.